Tips & Trik Handphone Kemasukan Air



Bookmark and Share

Kode akses Nokia

*#30# : Menampilkan ‘private number’ yang menghubungi anda.
*#73# : Mereset timer ponsel dan skor game (pada beberapa ponsel).
*#7780# : Mengembalikan ke setting pabrik (factory setting).
*#2820# : Alamat IP perangkat Bluetooth (untuk ponsel yang mempunyai Bluetooth).
xx# : Akses cepat ke nama/nomer telepon di phone book ponsel, misalnya 20#.
Tombol off : Menekan dengan singkat, untuk berpindah antar profile.
*3370# : Mengaktifkan EFR(Enhanced Full Rate) Codec (tidak berlaku di ponsel Symbian).
#3370# : Menonaktifkan EFR Codec.
*#4270# : Mengaktifkan Half Rate Codec.
*#4270# : Menonaktifkan Half Rate Codec.
*#0000# : Menampilkan versi software ponsel.
*#9999# : Kode alternatif jika *#0000# tidak bekerja.
*#06# : Melihat nomor IMEI (Internasional Mobile Equipment Identity).
*#21# : Mengecek nomor pengalihan “All Call” yang digunakan.
*#2640# : Menampilkan kode keamanan ponsel yang digunakan.
*#43# : Mengecek status “Call Waiting”.
*#61# : Untuk mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika tak anda jawab.
*#62# : Mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika ponsel anda di luar jangkauan.
*#67# : Mengecek nomor pemanggil yang dialihkan ketika ponsel anda sedang sibuk.
**21*number# : Menghidupkan pengalihan “All Call” pada nomor yang diisi.
**61*number# : Menghidupkan pengalihan “No Reply” pada nomor yang diisi.
**67*number# : Menghidupkan pengalihan “On Bussy” pada nomor yang diisi.
*#67705646# : Mengganti logo operator logo pada Nokia 3310 dan 3330.
*#746025625# : Menampilkan status SIM Clock.
*#7760# : Menampilkan kode pabrikan (sebagian besar ponsel tipe lama).
*#92702689# : Memunculkan : 1. Serial Number, 2. Date Made, 3. Purchase Date, 4. Date of last repair,

Bookmark and Share

Norma Hukum dan Nilai Agama, Landasan Absolut Pernikahan

JAKARTA--Sekjen Departemen Agama, Bahrul Hayat PhD menegaskan perlunya penguatan lembaga pernikahan demi masa depan bangsa. Penegasan tersebut disampaikannya saat membuka workshop tentang Pendidikan Pranikah dan Parenting Menuju Keluarga Sakinah dan Sejahtera di Jakarta, Rabu (16/9).

Lebih lanjut Sekjen menegaskan, Norma hukum dan nilai-nilai agama merupakan landasan yang bersifat absolut dan tidak dapat ditawar sebagai prasyarat untuk menata perkawinan dan membentuk rumah tangga sakinah dan sejahtera.

''Pemerintah tidak akan pernah mengakui atau melegalkan pernikahan antara pasangan yang berbeda agama, pernikahan pasangan sejenis, meskipun hal itu belakangan ini banyak disuarakan oleh beberapa kalangan dengan dalih Hak Asasi Manusia (HAM), kemanusiaan universal, perlakuan anti diskriminasi,'' papar Bahrul.

Bahrul Hayat mengingatkan, perkawinan mempunyai nilai keagamaan sebagai ibadah kepada Allah SWT. ''Dalam sebuah hadisnya Nabi Muhammad menegaskan, Menikah adalah Sunnahku. Siapa yang tidak suka sunnahku, maka dia bukanlah termasuk golongan umatku. Signifikansi pendidikan pranikah dan parenting dalam pembinaan keluarga dan pembangunan bangsa di era globalisasi ini amat dirasakan kepentingannya,'' tutur Bahrul.

Menurutnya, pernikahan bukan semata-mata kepentingan orang perorangan. ''Namun merupakan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Maka dari itu, di samping adanya Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertugas mencatat dan mengadministrasikan peristiwa nikah, juga terdapat Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan atau BP4 yang berdiri sejak 1954 dengan tugas meningkatkan mutu perkawinan, memberikan penasihatan baik sebelum maupun sesudah menikah bagi pasangan suami istri dan mediasi dalam penyelesaian perselisihan rumah tangga,'' tuturnya.

Sekjen menyampaikan keprihatinan terhadap melonjaknya angka perceraian belakangan ini, bersamaan dengan gejala lain. Seperti meningkatnya kasus kekerasan dalam rumah tangga, maraknya kehamilan di luar nikah, aborsi, penularan HIV/AIDS, dan lain-lain.

Kondisi tersebut merupakan problema serius yang tidak boleh terlambat upaya pencegahan dan penanggulangannya. Dengan kata lain, sendi-sendi kehidupan masyarakat dan masa depan bangsa harus diselamatkan melalui penguatan lembaga pernikahan dan keluarga, tandasnya. osa/rin

http://republika.co.id/









Bookmark and Share

10 Aplikasi Penyembunyi Foto di Ponsel Java

Jika Anda punya ponsel, apa pun mereknya, yang mendukung aplikasi Java dan suka menyimpan informasi dan data di sana, tetapi tidak ingin orang lain bisa melihatnya, rahasiakanlah dengan salah satu dari aplikasi Java di bawah ini. Yang perlu diingat, ada aplikasi yang hanya cocok untuk ponsel Java tipe tertentu. Karena itu, lebih baik jika coba dulu satu per satu dan pilih yang lebih sesuai dengan karakter ponsel Anda.

Ingat, aplikasi bertipe Demo hanya bisa dipakai secara penuh dengan kode aktivasi dan membayar harga tertentu. Sementara itu aplikasi berjenis Freeware tentu saja benar-benar gratis. Namun tampilan dan kelengkapan fiturnya tidak selengkap yang versi Demo.

Infoo Hide
Aplikasi kecil untuk menyimpan password e-mail, nomor rekening bank dan pin, dan data data penting lainnya.

Ukuran: 11,71Kb
Jenis: Gratis
Lokasi unduh: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/33630/InfooHide.jar


Infoo Hide Pro
Menyembunyikan informasi rahasia dari pihak lain, praktis dan sangat aman dengan enkripsi. Data penting seperti password Yahoo Messenger, Gmail , Hotmail , Opera Mini Web browser, Nimbuzz , eBuddy Messenger , MajiPlayer , mig33 , Skype , ICQ , kode Bluetooth dan catatan rahasia pribadi.

Ukuran: 10,7Kb
Jenis: Freeware
Download: http://download12.getjar.com/downloads/web/pub/39348/InfooHidePro.jar

Q-FileHide
Menyembunyikan gambar, video atau file lain di ponsel. Q-FileHide diproteksi oleh password sehingga hanya pemiliknya yang bisa menyembunyikan (hide) atau memunculkan (unhide) file-file penting. Kode aktivasi bisa didapat di http://www.q-stuff.com/code.php

Ukuran: 35,15Kb
Jenis: Demo
Download: http://q-stuff.com/Q-FileHide.jar

SafeStore
SafeStore merupakan pengelola password dan dompet elektronik di ponsel Java. Anda bisa menggunakan SafeStore untuk menyimpan data pribadi seperti Rekening Bank, Credit Card, Membership, General Details, Catatan, Password dan Website. Jadi, Anda hanya perlu mengingat satu password untuk mengakses ke semua informasi pribadi.

Ukuran: 202,73Kb
Jenis: Demo
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/39182/SafeStoreGold.jar

Stealth
Stealth V1.0 bisa menyembunyikan gambar dan video pada Memory StickDuo, pada ponsel satu seri dengan Sony Ericsson k750i.

Ukuran: 39,73Kb
Jenis: Freeware
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/10705/Stealth.jar

The Mesiah v2.0
Cocok untuk menyembunyikan gambar dan video dalam semua format. Dengan teknologi yang disebut VooDoo(TM), aplikasi ini hanya bekerja di ponsel Sony Ericsson. Foto-foto dan video bisa dibuat tak terlihat. Satu-satunya cara untuk mengembalikan file adalah menghubungkan ke komputer dan mengembalikan nama folder ke nama awal.

Ukuran: 27,46Kb
Jenis: Freeware
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/24236/TheMessiah2.jar

File Hide
Memproteksi file dengan membuatnya tersembunyi. Saat pertama kali, masukkan dan verifikasi password, baru jalankan program. Tekan tombol Go pada file yang ingin Anda munculkan atau sembunyikan. Pada bagian 'Show Status of files' lebih baik dibiarkan pada pilihan No. Jika dipilih Yes, Anda bisa melihat status file terbaru, dan harus sering mengakses untuk sebagai respon untuk permintaan akses ke file. File JAR tidak bisa di-install di ponsel tertentu, hal tersebut adalah masalah sertifikat digital.

Ukuran: 11,19Kb
Jenis: Freeware
Download: http://download12.getjar.com/downloads/web/pub/28093/FileHide.jar

File Lock
File Lock bisa mengunci sebuah folder, tak hanya file. Sebagai informasi, pada sebagian ponsel Nokia, sebelumnya Anda harus mengatur ijin akses:"Read user data" & "Write user data" ke "Always" atau "Always ask". Jika tidak, Anda akan mendapatkan pesan:"Access denied".

Ukuran: 10,33Kb
Jenis:Freeware
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/7531/FileLock.jar

Ultra File Manager
Bisa menyembunyikan file dan gambar-gambar di ponsel Java dengan mudah

Ukuran: 9,95Kb
Jenis: Freeware
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/39842/UltraFileManager.jar

iLock 3.0
iLock 3.0 bisa dipakai di ponsel Nokia N-Series, Sony Ericsson dan Motorola. Gambar bisa dinikmati secara penuh. Tidak seperti aplikasi sejenis, iLock baru bisa dipakai setelah gambar diunduh dan disimpan di memori ponsel dengan password. iLock mendukung fungsi slide show. Untuk membuka (unlock) iLock, diperlukan kode aktivasi yang bisa dibeli seharga US$ 4,95. Vrsi Demo-nya hanya bisa menyimpan empat gambar.

Ukuran: 46,4Kb
Jenis: Demo
Download: http://download11.getjar.com/downloads/web/pub/17551/ilock.jar

Bookmark and Share

Menjadi Guru Profesional

Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru…? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional…? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu…? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut…?

Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:

  • Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  • Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  • Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
  • Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  • Kemampuan mengorganisir dan problem solving
  • Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai – nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi

Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.

Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup…?

Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.

Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.

HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.

Program Profesionalisme Guru

  • Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
  • Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
  • Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
  • Pengembangan diri dan motivasi riset
  • Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)

Peran Manajeman Sekolah

  • Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
  • Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
  • Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
  • Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi

Bagaimana menjadi guru yang baik (Profesional)..?

Tidak mudah menjadi guru yang baik, dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan seprofesi.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk mendapat pengakuan sebagai guru yang baik dan berhasil.

Pertama. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. Kuasai betul materi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa. Jika perlu, ketika berbicara di muka kelasa tidak membuka catatan atau buku pegangan sama sekali. Berbicaralah yang jelas dan lancar sehingga terkesan di hati siswa bahwa kita benar-benar tahu segala permasalahan dari materi yang disampaikan.

Kedua. Berlakulah bijaksana. Sadarilah bahwa siswa yang kita ajar, memiliki tingkat kepandaian yang berbeda-beda.
Ada yang cepat mengerti, ada yang sedang, ada yang lambat dan ada yang sangat lambat bahkan ada yang sulit untuk bisa dimengerti. Jika kita memiliki kesadaran ini, maka sudah bisa dipastikan kita akan memiliki kesabaran yang tinggi untuk menampung pertanyaan-pertanyaan dari anak didik kita. Carilah cara sederhana untuk menjelaskan pada siswa yang memiliki tingkat kemampuan rendah dengan contoh-contoh sederhana yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin contoh-contoh itu agak konyol.


Ketiga. Berusahalah selalu ceria di muka kelas. Jangan membawa persoalan-persoalan yang tidak menyenangkan dari rumah atau dari tempat lain ke dalam kelas sewaktu kita mulai dan sedang mengajar.

Keempat. Kendalikan emosi. Jangan mudah marah di kelas dan jangan mudah tersinggung karena perilaku siswa. Ingat siswa yang kita ajar adalah remaja yang masih sangat labil emasinya. Siswa yang kita ajar berasal dari daerah dan budaya yang mungkin berbeda satu dengan yang lainnya dan berbeda dengan kebiasaan kita, apalagi mungkin pendidikan di rumah dari orang tuanya memang kurang sesuai dengan tata cara dan kebiasaan kita. Marah di kelas akan membuat suasana menjadi tidak enak, siswa menjadi tegang. Hal ini akan berpengaruh pada daya nalar siswa untuk menerima materi pelajaran yang kita berikan.

Kelima. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa. Jangan memarahi siswa yang yang terlalu sering bertanya. Berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik. Jika suatu saat ada pertanyaan dari siswa yang tidak siap dijawab, berlakulah jujur. Berjanjilah untuk dapat menjawabnya dengan benar pada kesempatan lain sementara kita berusaha mencari jawaban tersebut. Janganlah merasa malu karena hal ini. Ingat sebagai manusia kita mempunyai keterbatasan. Tapi usahakan hal seperti ini jangan terlalu sering terjadi. Untuk menghindari kejadian seperti ini, berusahalah untuk banyak membaca dan belajar lagi. Jangan bosan belajar. Janganlah menutupi kelemahan kita dengan cara marah-marah bila ada anak yang bertanya sehingga menjadikan anak tidak berani bertanya lagi. Jika siswa sudah tidak beranibertanya, jangan harap pendidikan/pengajaran kita akan berhasil.

Keenam. Memiliki rasa malu dan rasa takut. Untuk menjadi guru yang baik, maka seorang guru harus memiliki sifat ini. Dalam hal ini yang dimaksud rasa malu adalah malu untuk melakukan perbuatan salah, sementara rasa takut adalah takut dari akibat perbuatan salah yang kita lakukan. Dengan memiliki kedua sifat ini maka setiap perbuatan yang akan kita lakukan akan lebih mudah kita kendalikan dan dipertimbangkan kembali apakah akan terus dilakukan atau tidak.

Ketujuh. Harus dapat menerima hidup ini sebagai mana adanya. Di negeri ini banyak semboyan-semboyan mengagungkan profesi guru tapi kenyataannya negeri ini belum mampu/mau menyejahterakan kehidupan guru. Kita harus bisa menerima kenyataan ini, jangan membandingkan penghasilan dari jerih payah kita dengan penghasilan orang lain/pegawai dari instansi lain. Berusaha untuk hidup sederhana dan jika masih belum mencukupi berusaha mencari sambilan lain yang halal, yang tidak merigikan orang lain dan tidak merugikan diri sendiri. Jangan pusingkan gunjingan orang lain, ingatlah pepatah “anjing menggonggong bajaj berlalu.”

Kedelapan. Tidak sombong.Tidak menyombongkan diri di hadapan murid/jangan membanggakan diri sendiri, baik ketika sedang mengajar ataupun berada di lingkungan lain. Jangan mencemoohkan siswa yang tidak pandai di kelas dan jangan mempermalukan siswa (yang salah sekalipun) di muka orang banyak. Namun pangillah siswa yang bersalah dan bicaralah dengan baik-baik, tidak berbicara dan berlaku kasar pada siswa.

Kesembilan. Berlakulah adil. Berusahalah berlaku adil dalam memberi penilaian kepada siswa. Jangan membeda-bedakan siswa yang pandai/mampu dan siswa yang kurang pandai/kurang mampu Serta tidak memuji secara berlebihan terhadap siswa yang pandai di hadapan siswa yang kurang pandai.

Rujukan: http://desireminsa.multiply.com/journal/item/3

Kiat – Kiat Sukses Guru Menurut Perspektif Psikologi

Pada jaman sekarang dan yang akan datang ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah tidak banyak menentukan kemajuan suatu masyarakat dan bangsa, tetapi faktor kualitas perorangan dan kelompok masyarakat itu sendiri yang menentukan kemajuan (McRae, 1995).Apalagi dengan adanya kecenderungan globalisasi dan transparansi informasi, orang dapat berkomunikasi dan memperoleh informasi dari belahan dunia manapun. Kehidupan menjadi saling tergantung satu sama lain, rentan terhadap perubahan yang terjadi di luar prediksi dan lebih kompetitif. Untuk dapat meraih sukses di dalam karir dan kehidupan, seseorang memerlukan sejumlah kualitas pribadi sebagai modal dasar yang sesuai dengan ni kompetisi yang menuntut kualitas di satu sisi, dan kerjasarna di sisi lain (Suharnan., 1997, 2006).

Bagaimana dengan fenomena yang ada sekarang berkaitan dengan tuntutan dunia kerja dan karir?. Sesuai dengan pengamatan penulis dua tahun terakhir terhadap sejumlah iklan lowongan kerja vang dimuat di beberapa surat kabar nasional, mereka mensyaratkan para calon pelamar kerja dengan kualitas‑kualitas pribadi tertentu. Syarat‑syarat yang penting selain seorang pelamar memiliki pendidikan formal dan pengalaman kerja di bidang yang sesuai, juga harus memiliki antara lain adalah motivasi tinggi, keterampilan komunikasi yang baik, kemandirian bekerja, kerjasama tim, ulet dan gigih, menyukai tantangan, berkepribadian menarik, berkemauan membangun relasi. Berdasarkan iklan lowongan kerja itu, paling sedikit untuk jabatan setingkat manajer‑eksekutif dapat disimpulkan, bahwa ijasah dan transkrip yang diberikan oleh perguruan tinggi adalah belum cukup. Untuk meraih sukses di dalam meniti karir dan bahkan kehidupan, selain pendidikan formal, juga dibutuhkan beberapa kualitas pribadi tertentu dari seseorang yang cocok dengan tuntutan tugas dan pekerjaan yang akan ditekuni (Suharnan, 2002).

Sukses dan Karakteristik Orang Sukses

Setiap orang tentu ingin sukses baik di dalam menempuh karir maupun kehidupan secara umum. Meski demikian, sukses itu sendiri merupakan istilah yang sulit diartikan dengat tepat, karena bersifat relatif dan berbeda‑beda bagi masing-­masing orang, tergantung dari sudut mana mereka memandang. Meski demikian, terdapat sejumlah indikator umum vang sering melekat pada istilah sukses. Di dalam bahasa sehari‑hari “sukses” juga sering disebut “berhasil” atau keberhasilan”. Dengan demikian, sebutan orang sukses boleh jadi sama dengan orang berhasil.

Secara harfiah sukses dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Jadi, seseorang dikatakan sukses dalam bertugas apabila ia telah menyelesaikan tugas yang, diberikan kepadanya. Menurut pengertian yang lebih luas, sukses di dalam hidup dapat diartikan sebagai proses mengejar dan mewujudkan tujuan‑tujuan sasaran‑sasaran penting di dalam kehidupan seseorang. Di dalam kehidupan sehari‑hari istilah sukses biasanya dikaitkan dengan kepemilikan materi (kekayaan) yang banyak, penghasilan atau gaji yang tinggi, pangkat, kedudukan atau jabatan tertentu (kekuasaan), dan karir yang mapan. Di samping itu, sukses juga sering dikaitkan dengan prestasi puncak, tingkat ketenaran, dan penghargaan prestisius yang pernah diperoleh seseorang, misalnva di bidang olah raga, kepemimpinan. kewirausahaan sosial dan seni budaya, politik, dan penemuan ilmiah.

Sudah tentu semua yang berkaitan dengan sukses tersebut diraih orang melalui proses yang panjang dan berliku. Di samping bekerja keras orang juga harus sanggup mengatasi berbagai kesulitan , tantangan dan hambatan. Di sini dibutuhkan sejumlah kualitas penting dari diri pribadi orang itu agar dapat meraih sukses sebagaimana yang diinginkan. Banyak contoh orang meraih sukses setelah mereka menjalani dan menekuni pekerjaan selama bertahun‑tahun, bahkan lebih dari dua puluh tahun, yang dulunya dimulai dari usaha kecil yang seolah tidak berarti apa‑apa, dengan menjalani kehidupan yang serba susah dan penuh dengan keprihatinan. Secara prinsip dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun sukses yang diraih seseorang hanya semalam dan tanpa jerih payah. Sukses dalam arti sebenarya selalu diraih oleh seseorang dengan kerja keras dan jerih payah, baik secara fisik maupun mental (pikiran) di dalam jangka waktu yang cukup lama.

Bedasarkan wawancara. terhadap 50 orang sukses terkenal yang dilakukan oleh Edward de Bono (1991), secara. umum dapat disimpulkan bahwa peran kemampuan intelektual terhadap sukses tidak menonjol. Justru, faktor kepribadian (bukan intelektual) berperan sangat besar untuk, meraih sukses di dalam hampir segala keadaan dan bidang pekerjaan. Faktor kepribadian yang sangat penting adalah energi, persistensi, determinasi, dan kekerasan. hati. Di samping itu, juga dapat ditambahkan di antaranya adalah adanya tindakan, integritas dan harapan untuk sukses kemampuan untuk berpikir besar, kemampuan menetapkan tujuan dan target, dan juga. bermimpi; kreativitas, upaya memanfaatkan dan menciptakan peluang, ada semangat dan gairah serta. kesediaan untuk‑ membuat sesuatu terjadi.

Agar mudah diingat, kualitas pribadi yang menjadi kunci sukses tersebut dapat dijabarkan dari singkatan huruf‑huruf yang ada pada kata SUKSES itu sendiri (Suharnan, 2006).

Karakteristik Pribadi Sukses

SUKSES

S = Sasaran

U = Ulet

K = Komitmen

S = Serius

E = Energi

S = Suka tantangan

1. Sasaran

a. Mempunyai angan‑angan, cita‑cita, impian sebagai gambaran masa depan

jauh.

b. Mempunyai sasaran dan target jangka pendek dan panjang.

c. Mempunyai keyakinan kuat dan harapan untuk menjadi sukses.

d. Mempunyai obsesi dan berpikir besar.

2. Ulet

a. Kekerasan hati (gigih, bertekad kuat) dalam berusaha sampai berhasil.

b. Tekun, sabar, dan konsisten dalam bekerja.

c. Pantang menyerah ketika menghadapi kesulitan dan hambatan.

d. Tahan banting

3. Komitmen

a. Selalu berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.

b. Bertanggung jawab dalam tindakan yang dilakukan.

c. Berpegang teguh pada janji yang pernah dibuat.

d. Jujur pada diri sendiri dan orang lain.

e. Marnpu menunda kesenangan sesaat dan mengendalikan diri.

f. Tidak suka menunda pekerjaan.

4. Serius

a. Bersungguh‑sungguh dalam bekerja atau melaksanakan tugas.

b. Tidak bekerja asal jadi, tetapi bekerja dengan standar kualitas yang baik.

c. Sanggup berkonsentrasi/fokus pada tugas dalam jangka cukup lama.

d. Bekerja secara maksirnal.

5. Energi

a. Memiliki energi fisik dan stamina yang prima; sehat, tidak gampang sakit.

b. Memiliki energi mental (pikiran) cukup, tidak mudah jenuh, atau lelah.

c. Memiliki semangat tinggi dan kemauan bekerja keras untuk meraih sukses.

6. Suka Tantangan

a. Memanfaatkan peluang.

b. Menciptakan peluang.

c. Sanggup menerima tugas baru tidak menolak sebelum dicoba dilakukan.

d. Mencari sesuatu yang belum pernah dilakukan.

e. Mengambil inisiatif sendiri tanpa tergantung pada orang lain.

f. Mampu menentukan sendiri target dan sasaran yang akan dicapai.

Kiat‑Kiat Membangun Pribadi Sukses

0leh karena sukses di dalam bidang,apapun tidak datang, kepada seseorang, dengan tiba‑tiba. tetapi diperoleh melalui proses panjang, dan usaha vang, tidak kenal lelah, maka diperlukan modal kualitas diri pribadi vang memadai sebagaimana telah disebutkan di depan. Kiat‑kiat berikut dapat dilakukan oleh setiap orang, yang ingin memiliki kualitas pribadi sukses.

1. Membangun Kebiasan‑Kebiasaan Positif

Membiasakan diri untuk: (a) membuat perencanaan sebelum melakukan sesuatu kegiatan; dimulai dari hal‑hal kecil dan tugas‑tugas rutin misalnya mengajar dan memenuhi kebutuhan sehai‑hari. (b) Menetapkan tujuan, sasaran dan target tertentu untuk jangka pendek (mendesak) dan jangka panjang, kemudian mengambil langkah-­langkah tertentu untuk melaksanakan dan mengevaluasi hasil‑hasilnya. (c) Bekerja atas dasar prioritas (bukan semua tugas dikerjakan di dalam waktu yang bersamaan), sehingga, energi dapat digunakan untuk hal‑hal yang lebih bermakna. (d) Sesekali melakukan tugas yang kompleks atau sulit (misalnya proyek), sehingga orang akan terlatih bekerja keras baik secara fisik maupun pikiran di dalam waktu cukup lama. (e) Berolahraga secara teratur dan menjaga pola makan yang sehat, agar energi fisik tersedia cukup besar dan stamina kerja tetap prima, dan badan selalu sehat tanpa gangguan penyakit yang berarti.

2. Menanamkan Motivasi Intrinsik di dalam Bekerja

Di dalam menjalankan suatu tugas, telah dikenal antara lain adanya dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Orang dikatakan memiliki motivasi intrinsik apabila orang menialankan tugas demi mencapai kepuasan psikologis atau tanggung jawab pribadi. Sebaliknya, orang dikatakan memiliki motivasi ekstrinsik, apabila ia menjalankan tugas demi memperoleh imbalan dari luar, misalnya uang, materi, penghargaan atau jabatan.

Di dalam konteks motivasi itu, agar mencapai sukses maka seseorang guru harus lebih berorientasi pada motivasi intrinsik daripada ekstrinsik di dalam menjalankan tugas profesinya. Sebab, dengan motivasi intrinsik orang akan bekerja secara maksimal sesuai dengan kapasitasnya, yang seringkali melampaui tuntutan tugas yang semestinya: dengan motivasi ekstrinsik orang akan bekerja secukupnya sesuai dengan imbalan yang akan diterimanya, bahkan sering di bawah standar yang ditetapkan. Salah seorang sukses pernah mengatakan: “jika uang yang dijadikan motivasi. biasanya orang akan gagal”. Jadi jika seorang guru sebagai pegawai negeri atau swasta dengan gaji bulanan yang tidak mencukupi untuk kebutuhan hidup layak, dapat dipastikan kinerja guru akan jauh dari standar yang telah ditetapkan manakala motivasi utama guru adalah uang sebagai imbalannya. Padahal, biasanya materi, uang dan jabatan akan mengikuti dengan sendirinya, ketika seseorang memperoleh kepuasan psikologis dari bekerja bersungguh‑sungguh dan berorientasi pada kualitas. Oleh karena itu, yang harus dikedepankan seseorang di dalam melaksanakan tugas adalah motivasi intrinsik tanpa mengabaikan motivasi ekstrinsik.

3. Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang lebih Tinggi

Perjalanan karir di bidang apa saja termasuk sebagai guru adalah tidak statis, tetapi sering mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan jaman. Oleh sebab itu, setiap guru harus selalu meningkatkan kompetensi dan profesionalitas. Di antaranya yang penting adalah menempuh pendidikan formal pada jenjang yang lebih tinggi, rnisainya sarjana (Sl), magister (S2), bahkan doktor (S3). Sebagai catatan, sekarang guru‑guru di sekolah dituntut harus memiliki ijasah Sarjana (SI). Bahkan banyak guru baik sekolah dasar maupun sekolah menengah yang sudah berhasil menempuh program magister (S2).

4. Mengikuti Sertifikasi dan Pelatihan

Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan profesionalitas, maka setiap guru harus ikut serta dalam program sertifikasi yang sekarang sudah dimulai oleh pemerintah. Guru‑guru yang ingin sukses di dalam karirnya tentu akan menyambut dengan senang hati dan penuh antusias terhadap program sertifikasi itu, bahkan mungkin minta diikutsertakan pada sesi‑sesi awal sehingga tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama.

Sekarang adalah era informasi. komunikasi dan komputerisasi, seseorang harus memperkaya diri dengan mengikuti kursus‑kursus dan pelatihan‑petatihan, misalnya kursus, atau pelatihan manajemen dan kepemimpinan, teknologi informasi (komputer), pengembangan pribadi sukses, keterampilan komunikasi dan hubungan interpersonal, dan bahasa asing. Juga, berpartisipasi aktif di dalam berbagai kegiatan diskusi dan seminar terutama yang ada kaitannya dengan dunia pendidikan.

5. Memilih Lingkungan yang Kondusif

Bagaimanapun juga lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap sikap dan perilaku sesorang (positif atau negatif). Agar memperoleh banyak manfaat positif dari lingkungan, seseorang harus memilih lingkungan dan pergaulan vang menunjang profesinya. Misalnya. seorang guru dapat bergabung dengan organisasi profesi guru (PGRI), guru bidang studi yang sesuai dengan tugas mengajarnya, misalnya bimbingan konseling (BP), IPA dan matematika: bergaul dan bertukar pikiran dengan guru‑guru lain dan orang‑orang yang menaruh minat besar terhadap dunia pendidikan.

6. Membaca Buku dan Menemukan Orang Sukses sebagai Idola

Membaca buku‑buku sejarah kehidupan orang‑orang sukses dan terkenal baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional (misalnva pendidik, penemu, negarawan, pelaku bisnis, peraih medali emas atau hadiah nobel, dan tokoh‑tokoh masyarakat) akan memberikan aspirasi dan pengetahuan yang penting bagi kita. Di samping itu, dengan mengetahui pengalaman‑pengalaman mereka kita juga dapat menemukan salah satu di antara orang‑orang sukses sebagai model (orang sukses yang dijadikan idola), yang dapat kita tiru. dan ikuti jejaknya.

Untuk menemukan beberapa orang sukses yang akan dijadikan sebagai idola atau contoh panutan, selain membaca buku riwayat hidup mereka, juga dapat dilakukan melalui tatap muka langsung misalnya mewawancarai mereka, atau mengikuti berita‑berita pada media masa yang memuat bagaimana kiprah dan keberhasilan yang pernah dicapai oleh mereka.

7. Mengunjungi Tempat‑Tempat Penting

Seorang harus banyak bepergian untuk berkunjung ke berbagai tempat penting dan bersejarah baik di dalam negeri maupun luar negeri, Misalnya mengunjungi sekolah yang lebih maju dalam rangka studi banding, musium, pusat bisnis atau pemerintahan (juga keraton), pusat pementasan karya seni‑budaya, dan bangunan megah. Di samping itu, seseorang juga. dapat mengunjungi kelompok masyarakat khusus, misalnya suku primitif atau sebaliknya, masyarakat modern.

Demikian, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para guru‑guru dan kita semua yang ingin menjadi bagian dari orang‑orang sukses. Akhir kata: .”Anda akan sukses kalau anda mau”.

oleh:Prof. Dr. Suharnan, MS.- Guru besar Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Daftar Bacaan

De Bono, E. (1991).Taktik dan Kiat Ilmu Sukses, Alih bahasa oleh Agus Maulana. Jakarta: Bina Aksara.

McRae, H. (1995).The World in 2020. Alih bahasa oleh Anton Adiwijoto. Jakarta: Bina Aksara.

Sternberg, R.J. (1997). Succesful intelligence: How practical and creative intelligence detemine success. NY: A Plume Book,.

Suharnan (1997), Pemberdayaan masyarakat global dalarn kerangka pemikiran psikologis. Anima, jurnal Psikologi Indonesia, 12, 290-295.


Ciri-Ciri Guru Yang Baik/Efektif

John Goodlad, seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran.

Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan titel: Behind the Classroom Doors, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini sangat masuk akal, karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi, jika kita meminjam terminologi dari teorinya McCleland. Di dalam kelas itu seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir divergent dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar terkait dengan fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif – hipotetik, dan sintetik (thought provoking questions).

Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas. Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek afektif, dan dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam kategori banking concept of education-nya Paulo Friere, atau learning to have-nya Eric From. Pendek kata, untuk melindungi kepentingan siswa, dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di daerah dalam jangka panjang di masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar.

Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari:

Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki keterampilan interperso-nal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; (8) mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.

Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.

Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan; (4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.

Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu mem-perluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembang-kan metode pengajaran yang relevan. -

Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu:

  1. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
  2. Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi pembelajaran.
  3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
  4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah strategi belajar mengajar.
  5. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
  6. Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
  7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
  8. Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
  9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
  10. Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan
  11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
  12. Guru di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang benar.

Sumber :

Iim Waliman, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Para ahli dan cendikian Islam telah menetapkan beberapa ciri seorang guru yang baik. Dengan ciri-ciri berikut, seorang guru diharapkan dapat menjadi guru yang ahli di bidangnya. Ciri-ciri tersebut adalah:

Ikhlas dalam Mengemban Tugas sebagai Pengajar

Ia harus mempunyai falsafah hidup bahwa tugasnya tersebut merupakan bagian dari ibadah. Tentu saja suatu ibadah tidak akan diterima Allah bila tidak disertai dengan keikhlasan. Amat jauh perbedaan antara seorang guru yang ikhlas dan saleh dengan seorang guru yang munafik. Seorang pelajar biasanya dapat berprestasi karena keikhlasan dan kesalehan gurunya. Hal itu telah dijamin oleh Allah dalam firman-Nya berikut: “Hendaklah kalian menjadi orang-orang yang rabbani (orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah), karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya,” (QS Ali Imran [3]: 79).

Memegang Amanat dalam Menyampaikan Ilmu

Bagi seorang guru, ilmu merupakan amanat dari Allah yang harus disampaikan kepada anak didiknya dengan tanpa ada yang dikurangi. Ia juga harus menyampaikannya sebaik dan sesempurna mungkin. Jika ada seorang guru menahan atau menyembunyikan ilmu yang dimilikinya, maka ia berarti telah berkhianat pada amanat yang telah diberikan Allah kepadanya.

Secara umum Allah telah memerintahkan untuk menyampaikan amanat (kepada yang berhak), termasuk amanat ilmu. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil ,” (QS An-Nisa [4]: 58). Rasulullah Saw. juga bersabda, “Seseorang yang tidak mempunyai sifat amanah tidak dapat dikatakan beriman. Seseorang yang tidak menunaikan perjanjian tidak dapat dikatakan mempunyai agama,” (HR Ahmad).

Memiliki Kompetensi dalam Ilmunya

Sudah menjadi keharusan bagi seorang pengemban tugas sebagai pengajar untuk memilki penguasaan yang cukup atas ilmu yang akan ia ajarkan. Ia juga dapat menggunakan sarana-sarana pendukung dalam menyampaikan ilmu. Allah memerintahkan setiap orang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Karakter ini berlandaskan sabda Rasulullah Saw. berikut: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang di antara kalian yang bila bekerja ia menyelesaikan pekerjaannya (dengan baik),” (HR Al-Baihaqi).

Menjadi Teladan yang Baik bagi Anak Didiknya

Seorang pelajar pasti selalu melihat gurunya. Baginya, seorang guru adalah contoh berakhlak dan bertingkah laku, seperti halnya ia mengambil ilmu darinya. Oleh karena itu, seorang guru berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian seorang murid. Rasulullah sendiri dapat mempengaruhi khalayak ramai saat itu hanya dengan keteladanan beliau yang baik. Tidak heran bila waktu itu banyak orang Arab yang masuk Islam secara beramai-ramai. Tentang pentingnya keteladanan ini, Al-Quran menjelaskan dalam firman Allah Swt. berikut: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah, hari akhir (kiamat), dan dia banyak menyebut Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 21).

Sumber:

http://gurutapteng.wordpress.com/2007/02/27/guru-yang-profesional-dan-efektif/

http://www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=327

http://bk-stkip-pontianak.webs.com/apps/blog/show/678257-ciri-ciri-guru-konstruktivi

Menjadi Pendidik Sukses

Syarat Pendidik yang Sukses (Muhammad Jameel Zeeno, 1999 : 47-54) :

  1. Yang bersangkutan harus menguasai bidang yang diajarkannya. Ia juga memiliki inovasi dalam praktik pengajarannya, mencintai pekerjaan dan siswanya, mengerahkan segala potensi yang dimilikinya dalam penddikan untuk mencapai pendidikan yang baik dan membekali diri dengan pengetahuan yang bermanfaat.
  2. Ia juga harus bisa menjadi contoh yang baik bagi yang lainnya, baik dalam perkataan maupun perbuatannya.
  3. Ia harus melaksanakan terlebih dahulu apa yang ia perintahkan kepada murid2nya, mulai dari tingkah laku, akhlak, dan ilmu yang diajarkan. Jangan sampai ia melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan apa yang dikatakannya sendiri.
  4. Seorang pendidik harus mengetahui bahwa tugasnya sebagai guru menyerupai tugas para Nabi yang diutus oleh Allah untuk mengajarkan petunjuk kepada umat manusia. Ia juga harus bisa mencintai mereka layaknya orang tua. Ia bahkan dianjurkan mau berbuat baik dalam membantu anak didiknya dalam menyelesaikan masalah dan hal yang lain, yang merupakan bagian dari tanggung jawabnya.
  5. Seorang pendidik harus berbeda kadar keluhuran akhlak, tingkat pendidikan, dan kecerdasannya. Oleh karena itu, ia berkewajiban untuk berusaha memperbaiki akhlaknya dan menambah pengetahuannya.
  6. Seorang pendidik sukses akan senantiasa saling tolong menolong dengan rekan seprofesinya sesama pendidik.
  7. Pengakuan terhadap suatu kebenaran merupakan suatu hal yang utama. Oleh karenanya, seorang pendidik yang ingin sukses harus tunduk pada kebenaran dan tidak segan meninjau kembali kesalahan2 yang dilakukannya.
  8. Seorang pendidik hendaklah senantiasa berlaku jujur dalam bertutur. Ingatlah bahwa semua kejujuran pasti membawa kebaikan. Jangan sekali2 mendidik siswa dengan berdusta walaupun hal itu menguntungkan.
  9. Seorang pendidik hendaklah bisa menghiasi dirinya dengan sifat sabar pada saat menghadapi permasalahan dengan para siswa dan pelajarannya. Hanya dengan bersabar, ia bisa tertolong untuk melakukan dan meyelesaikan aktivitas yang mulia

{http://www.psb-psma.org/content/blog/menjadi-pendidik-sukses}

KODE ETIK GURU INDONESIA

Persatuan Guru Republik Indonesia menyadari bahwa Pendidikan adalah merupakan suatu bidang Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Tanah Air serta kemanusiaan pada umumnya dan …….Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan Undang –Undang Dasar 1945 . Maka Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai Guru dengan mempedomani dasar –dasar sebagai berikut :

  1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila
  2. Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing –masing .
  3. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik , tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan .
  4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik –baiknya bagi kepentingan anak didik
  5. Guru memelihara hubungan dengan masyarakat disekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan .
  6. Guru secara sendiri – sendiri dan atau bersama – sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesinya .
  7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan .
  8. Guru bersama –sama memelihara membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengapdiannya.
  9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.

MEROKOK, SENGSARA DIBALIK “NIKMAT”

rokokdolar192

Seringkali kita mendengar sebagian orang, kerabat, saudara, atau bahkan kita sendiri, sulit menghentikan kebiasaan merokok. Alasannya, merokok memberikan kenikmatan, bahkan manfaat tersendiri bagi ‘penggemar’nya sehingga berat rasanya untuk ditinggalkan. Tapi, benarkah kenikmatan merokok membawa manfaat?


BERMULA SEBAGAI OBAT

Menurut sejarahnya, bahan dasar rokok yaitu tembakau, memang digunakan sebagai obat. Christoper Columbus, penjelajah dan penemu benua Amerika, dalam jurnalnya mencatat bahwa tembakau pertama kali digunakan oleh penduduk asli Amerika Selatan untuk pengobatan.

(Cari, ada apa di tembakau?)

REKAYASA KIMIA

Soal manfaat ‘positif ‘ rokok bagi para perokok ini juga diakui dokter spesialis paru-paru, Dr. Pradjna Paramita, Sp.P. Menurut dokter yang juga aktivis Yayasan Asma, Jakarta ini, memang banyak perokok yang merasakan peningkatan konsentrasi, mood, kemampuan belajar, mengurangi stress dan lelah, serta kemampuan memecahkan masalah saat mengisap sebatang rokok.

Namun nikotin, seperti halnya obat doping pada umumnya, sebenarnya juga zat kimia beracun, bahkan sangat beracun. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat mematikan karena menyebabkan kegagalan pernapasan. Tapi pada rokok masalah utamanya bukan nikotin, karena dosisnya sudah dibuat seaman mungkin untuk sekadar menciptakan efek ketagihan.

DR. Jeffrey S. Wigand, mantan Wakil Presiden Penelitian dan Pengembangan Brown & Williamson (B&W) Tobacco Corporation, AS, mengatakan, saat ini komposisi rokok bukan lagi sekadar campuran antara tembakau dan cengkih – cengkihnya malah sudah hilang sama sekali – melainkan ada semacam rekayasa kimia ammonia yang ditingkatkan keasamannya. Rekayasa ini membuat nikotin dalam tembakau jadi lebih cepat diserap oleh paru-paru, dan akhirnya akan berefek ke otak dan system syaraf.

Presiden lembaga swadaya masyarakat “Smoke-Free Kids” ini juga menemukan efek penambahan citarasa yang membahayakan paru-paru, yaitu unsur gliserol. Bahan yang terbuat dari lemak hewani/nabati (rasanya manis) dan dicampurkan pada tembakau sebagai pelembab, tapi bila dibakar, gliserol ternyata berubah unsur kimiawinya menjadi acrolein (zat asam yang amat tajam). Zat ini, menurut American Council on Science and Health, dapat menyebabkan peradangan paru-paru yang memicu kanker paru.

Tak heran bila data statistik WHO yang dipublikasikan tanggal 28 Mei 2002 menyebutkan bahwa aktivitas merokok telah membunuh 1 dari 10 orang dewasa di dunia tiap tahun, dan itu setara 4 juta kematian perokok. Bahkan jika trennya tak berubah, tahun 2030 nanti ajal akan menjemput 1 dari 6 perokok.

(sumber : Parents Guide)




Bookmark and Share

Mencari Jodoh

Dalam banyak kesempatan, kita menyatakan diri sebagai hamba Allah. Dulu, jika orang mau menyumbang tapi tak ingin diketahui namanya, ditulis dengan NN (No Name). Saat ini, kita menggantinya dengan “hamba Allah”. Tujuan awalnya memang untuk menghindari riya’.

Tapi, perkataan seperti itu bisa membuat diri kita pamer kepada orang lain bahwa kita ini orang shaleh. Kalau kita menyumbang ke suatu badan amal, yayasan atau yang lain, kita bisa tergoda untuk mengatakan dengan sefasih dan semantap mungkin, “Nama saya tidak perlu ditulis. Tulis saja dari hamba Allah.”

Berdasarkan ilmu tajwid, lafazh “Allah” dibaca tafkhîm (tebal) karena lam Jalâlah didahului fathah. Kalau memang itu yang kita lakukan—kita mengucapkan lafazh “Allah” semantap mungkin supaya terlihat seperti orang alim—apakah benar kita ini hamba-Nya? Marilah kita lihat apakah kita memang hamba Allah atau bukan.


Katakanlah kita mempunyai seorang tetangga sekaligus teman, yang dari segi harta dan pekerjaan tidak seberuntung kita. Karena dia teman kita, jika dia minta pertolongan, seketika itu juga kita membantunya. Bahkan kadang kala kita menawarkan diri untuk sedikit meringankan tugas dia, jika dia terlihat tidak bisa menyelesaikannya. Semua itu kita lakukan tanpa pamrih, kita benar-benar mengikhlaskan semuanya.


Dua tahun berlalu dan selama itu pula kita selalu melakukan yang dimintanya. Suatu hari, kendaraan kita sedang bermasalah. Karena buru-buru ingin ke kantor mengingat jam sudah menunjukkan pukul 07.30, kita minta diantarkan dia yang kebetulan sedang mendapat jadwal shift sore (15.00–23.00) di pabriknya. Kala itu dia sedang santai minum kopi hangat sambil membaca koran dan menikmati pisang goreng.


Ternyata, dia tidak mau mengantarkan kita. Dia malah berkata, “Kamu ini mengganggu orang saja. Tidak lihat apa, aku sedang menikmati sejuknya pagi. Minggu ini kan aku shift sore, jadi aku masih ingin istirahat. Kamu kan punya uang, naik taxi saja!”


Nah, apakah di dalam hati, kita tidak akan mengingat-ingat pertolongan kita padanya selama ini? Ataukah, kita berkata pada diri sendiri, “Dasar orang tidak tahu membalas budi! Awas, ya… Jangan harap aku akan menolongmu lagi!”


Jika kita masih mengingat kebaikan kita padanya, atau meminta balas budi darinya, apakah pantas kalau kita menyebut diri sebagai hamba Allah? Sedangkan pengertian hamba adalah orang yang melakukan sesuatu semata-mata untuk tuannya, tak ada urusan dengan orang lain.


Penulis pernah mendengar di sebuah acara radio, ada seseorang mengadukan keadaannya pada nara sumber. Dua tahun sebelumnya, ada pegawai baru di departemennya. Karena ingin berbuat baik, maka pegawai baru ini dibimbing, diberi arahan dan selalu dibantu. Memang dasarnya anak cerdas, pegawai baru tersebut naik pangkat dengan cepat. Masalahnya, sekarang ini jadi saingan, bahkan tega menjatuhkan sang mentor (penelpon) yang telah membimbingnya. Pegawai baru itu sekarang jadi musuh si penelpon. Si penelpon merasa sakit hati karena dulu dialah yang menolong. ‘Aidh al-Qarni menggambarkan peristiwa seperti ini dalam bait syairnya :


Tetapi sifat ini kadang kala justru terbalik, sahabat dijadikan musuh!
Aku ajari dia memanah setiap hari
Ketika lengannya menjadi kuat, ia malah memukulku
Betapa banyak aku ajarkan padanya bait-bait syair
Ketika ia mampu membuat syair, ia menyerangku


Nah, kalau kita berada di posisi si penelpon, apakah kita juga sakit hati? Kalau benar kita sakit hati karenanya, berarti kita tidak ikhlas menolongnya. Dalam hati, sebenarnya kita berharap agar suatu saat pegawai baru itu menolong kita. Apakah pantas kalau kita menolong orang lain, lalu kita berharap suatu saat dia juga membantu kita, kemudian dengan keyakinan penuh kita mengatakan bahwa kita hamba Allah?

Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur’an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).
(QS az-Zumar [39] : 2-3)


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.
(QS al-Bayyinah [98] : 5)


Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.
(QS al-Insân [76] : 9-10)


Rasulullah saw. bersabda :


ثَلاَثٌ لاَيَغُلُّ عَلَيْهِمْ قَلْبُ مُسْلِمٍ : إِخْلاَصُ الْعَمَلِ ِللهِ تَعَالَى، وَمُنَاصَحَةُ وُلاَةِ اْلأُمُوْرِ، وَلُزُوْمُ جَمَاعَةِ الْمُسْلِمِيْنَ



Tiga perkara yang tidak bisa dikhianati hati seorang muslim, yaitu keikhlasan amal karena Allah SWT, saling menasihati dalam penguasaan masalah dan tetapnya jamaah umat Islam. (HR Ahmad)


Semua benda berpotensi dapat ternoda oleh benda lainnya. Jika benda itu bersih serta terhindar dari kotoran dan noda, maka disebut dengan khâlish (benda yang bersih) dan pekerjaan untuk membersihkannya disebut ikhlâshan. Bersihnya (khulush) susu dari hewan ternak adalah apabila tidak dicampuri oleh darah, kotoran atau sesuatu yang dapat mencampurinya.


Ikhlas adalah penjernihan perbuatan dari campuran semua makhluk atau pemeliharaan sikap dari pengaruh-pengaruh pribadi. Ikhlas adalah ruh amal, dan amal menunjukkan tegaknya iman.


Syaikh Ibnu Athaillah menuturkan, “Siapa menyembah Allah karena mengharapkan sesuatu yang lain, atau karena menolak bahaya yang akan menimpa dirinya, maka ia belum menunaikan tugasnya terhadap Allah sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya. Ada beraneka ragam jenis amal menurut situasi dan kondisi yang masuk ke dalam hati manusia. Kerangkanya adalah perbuatan yang jelas, sedangkan ruhnya adalah ikhlas.”


Imam Al-Qusyairi menasihatkan, “Ikhlas adalah penunggalan (peng-Esa-an) Al-Haqq dalam mengarahkan semua orientasi ketaatan. Ketaatan harus dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata, tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk, tidak untuk mencari pujian manusia atau makna yang lain selain pendekatan diri pada Allah.”


Dzun Nun al-Mishri menjelaskan, “Ikhlas tidak akan sempurna kecuali dengan kebenaran (shidiq) dan sabar di dalam ikhlas. Shidiq tidak akan sempurna kecuali dengan ikhlas dan terus-menerus di dalam ikhlas.”


Lebih lanjut, al-Mishri menerangkan, “Ada tiga alamat yang menunjukkan keikhlasan seseorang, yaitu ketiadaan perbedaan antara pujian dan celaan, lupa memandang amal perbuatannya, dan lupa menuntut pahala atas amal perbuatannya—bahkan di kampung akhirat nanti.”


Abu Ya‘qub as-Susi membahas ikhlas lebih dalam lagi. Dia berkata, “Kapan saja seseorang masih memandang ikhlas dalam keikhlasannya, maka keikhlasannya membutuhkan keikhlasan.” Artinya, kita tidak boleh memandang amal kita dengan pandangan apa pun. Seringkali kita berkata, “Saya melakukan ini dengan ikhlas, koq.” Perkataan ini menurut Abu Ya‘qub as-Susi bisa dikategorikan belum ikhlas.


‘Aidh al-Qarni berpesan, “Jangan mengharap terima kasih dari seseorang. Tabiat untuk mengingkari, membangkang dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang lazim menimpa jiwa manusia. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, juga mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, dan semua itu mereka lakukan setelah Anda berbuat baik kepada mereka.”


“Anda tidak perlu terkejut manakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Anda juga tak usah kaget bila orang yang Anda beri tongkat untuk menggiring domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Jangan pernah resah dan gundah ketika ‘tangan putih’ yang Anda ulurkan dibalas dengan tamparan menyakitkan. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, apalagi kepada saya dan Anda.” Demikianlah kata ‘Aidh al-Qarni melanjutkan nasihatnya.



Sekarang, marilah kita tanya diri sendiri apakah kita adalah hamba Allah? Kita memang berhak mengatakan bahwa kita adalah hamba Allah. Pertanyaan yang harus kita ajukan lagi adalah, “Apakah Allah juga mengakui bahwa kita adalah hamba-Nya?” Contoh sederhana, kita bisa saja mengatakan bahwa kita adalah keluarga Presiden. Namun, apakah Presiden mengakui bahwa kita adalah keluarganya? Seorang penyair mengatakan:


كُلٌّ يَدَّعِي وَصْلاً بِِلَيْلَى * وَلَيْلَى لاَ تُقِرُّ لََهُمْ بِذَاكَا



Semua orang mengaku punya hubungan dengan si jelita Laila
Namun Laila tidak mengakui ucapan mereka


Lalu, siapakah hamba Allah itu?

Hamba Allah adalah hamba yang senantiasa mengabdikan diri pada Tuannya.

Hamba Allah adalah hamba yang selalu merasakan kehadiran Penciptanya di mana pun dia berada.



Hamba Allah adalah hamba yang dengan setia melayani Pemiliknya dengan hati yang ridha.

Bagi hamba Allah, apa pun yang terjadi, hakikatnya adalah antara dirinya dengan Sang Empunya. Apa saja perlakuan orang lain, bagi hamba Allah, itu adalah pemberian yang indah dari Sang Penguasa. Dengan demikian tidak perlu sakit hati, marah atau dendam pada sesama, karena bagi dia semua itu antara dia dengan Allah. Orang lain dan semua yang ada hanyalah hiasan semata, untuk menguji apakah dirinya tetap berorientasi pada tujuannya atau tidak.


Bagi hamba Allah, hidup ini ibarat sebuah perjalanan untuk menuju tujuan yang mulia, pertemuan yang indah dengan Sang Pemilik Kehidupan. Apa pun yang ditemui di tengah jalan adalah kembang perjalanan, keindahan sementara, fatamorgana dan maya—bukanlah hakikat perjalanan itu sendiri.


Bagi hamba Allah, cakrawala boleh melengkung ke bawah, tapi bibir hamba Allah akan tetap melengkung ke atas, menyungging sebuah senyuman .


Bagi hamba Allah, hanya kepada-Nya ia menyembah dan hanya kepada-Nyalah memohon pertolongan.


إِيَّاكَ نَعْـبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْـتَعِيْنُ


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (QS al-Fâtihah [1] : 5)



Di ayat tersebut, lafazh iyyâka (hanya kepada Engkau) sebagai kata yang mengandung makna penentu, bukan lafazh na‘budu (kami menyembah pada-Mu).


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan adalah perjanjian sakral yang diikrarkan oleh seorang muslim di setiap rakaat shalat, baik shalat fardhu maupun shalat sunnah. Dengannya, jiwa selalu terpaut dengan perjanjian agung itu. Demi janji itu manusia diciptakan, para rasul diutus, kitab-kitab suci diturunkan, surga dan neraka diciptakan, jalan menuju surga (ash-shirâth) dibentangkan, neraca amal perbuatan ditegakkan, para makhluk dibangkitkan dari kubur, amal perbuatan diperhitungkan, catatan amal diperlihatkan dan para saksi dihadirkan.


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan adalah kebahagiaan yang kekal dan keselamatan abadi. Dengannya, kebenaran dan kemenangan terwujud, segala persoalan menjadi mudah, dan kejahatan terhindarkan. Tiada seorang pun mendapat ridha, rahmat, pengampunan, pertolongan, hidayah dan kekuatan dari Allah kecuali dengan “iyyâka na‘budu wa-iyyâka nasta‘în”. Anugerah tak dapat diraih, nestapa tak dapat ditolak, kerusakan tak dapat dihindarkan, bencana dan fitnah tak dapat dicegah, kecuali dengan “iyyâka na‘budu wa-iyyâka nasta‘în”.


Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan adalah kalimat yang akan menjadi pemelihara orang yang merealisasikan makna yang terkandung di dalamnya dari ketergelinciran, kebingungan, kesia-siaan beragama, kehampaan pemikiran, kesesatan pengetahuan, kedunguan moral dan kemerosotan pribadi.


Dalam kalimat “iyyâka na‘budu wa-iyyâka nasta‘în” tersimpan pemeliharaan dan pertolongan Ilahi, serta perwalian iman dan berkah Al-Qur’an. Berkat kalimat ini, seorang muslim menjadi orang yang berpribadi kuat, berhati terang, berjiwa muthmainnah, berdada lapang dan berpikiran cerah. Ini semua karena ia telah menjalin hubungan langsung dengan Allah, masuk ke dalam nasab ubudiyah, mengenakan mahkota penghambaan kepada Yang Maha Esa, tempat bergantung semua makhluk.


Dengan kalimat “iyyâka na‘budu wa-iyyâka nasta‘în”, jiwa manusia dibersihkan dari kehampaan, hati disucikan dari kemunafikan, amal perbuatan dari riya’, lisan dari ucapan dusta, mata dari pemandangan yang dilarang, dan dari tindakan sewenang-wenang


Bila kita mengaku beriman dan ingin diakui sebagai hamba oleh Allah, maka kita harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan.


أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَنْ يُتْرَكُـۤوْا أَنْ يَقُوْلُوْا ءَامَـنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَـنُوْنَ



Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (QS al-‘Ankabût [29] : 2)

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (QS al-‘Ankabût [29] : 3)



Siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS al-‘Ankabût [29] : 5)

Rasulullah Muhammad saw. bersabda :


إِذَا سَـبَقَتْ ِللْعَبْدِ مِنَ اللهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا ِبعَمَلِهِ ابْتَلاَهُ اللهُ فِيْ جَسَدِهِ أَوْ فِيْ مَالِهِ أَوْ فِيْ وَلَدِهِ، ثُمَّ صَبَرَهُ حَتَّى يُبَلِّغُهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِيْ سَـبَقَتْ لَهُ مِنْهُ



Jika telah ditetapkan bagi seorang hamba suatu kedudukan yang tidak dapat dicapai dengan amalnya, maka Allah menimpakan cobaan terhadap diri, kekayaan atau anaknya, kemudian Dia menjadikannya bersabar dalam menghadapinya sehingga dia pun mencapai kedudukan yang telah ditetapkan kepadanya. (HR Ahmad)


Ada banyak ragam ujian yang bisa diberikan oleh Allah kepada para hamba-Nya. Berikut ini penulis ilustrasikan salah satu jenis ujian sebagai gambaran. Intinya, untuk mengetahui apakah kita lulus dalam ujian itu atau tidak, apakah kita benar-benar menghamba kepada Beliau Yang Memiliki kita atau tidak, apakah dalam hidup ini yang ada hanya kita dengan Allah atau masih ada yang lain, yang tersangkut di dalam hati.


Namun, kita tidak perlu bersedih hati. Seumpama ujian, ada yang lulus dengan nilai cukup, baik atau sempurna. Memang, kesempurnaan hanyalah milik Allah, namun nilai sempurna yang dimaksud di sini adalah nilai 100 untuk sebuah ujian. Yang belum lulus pun, ada bertingkat-tingkat. Ibarat sebuah penilaian, ada yang mendapat A (sempurna), B (baik), C (cukup), D (kurang), E (gagal), dan F (tidak ikut, mangkir atau menghindari ujian).


Akan datang sebuah masalah sebagai ujian bagi kita. Akan terlihat apakah kita menempuh cara-cara yang diridhai-Nya atau tidak. Jika bisa menyelesaikan masalah pertama ini karena ilmu dan pengalaman kita, maka akan datang permasalahan kedua. Di ujian kedua, ilmu dan pengalaman kita tidak akan berarti, tidak bisa diandalkan untuk mengatasinya. Mungkin kita bisa lolos dari ujian kali ini dengan harta kita. Dengan harta kita, kita bisa membeli dan membelanjakannya untuk menyelesaikan tingkat dua dari masalah yang kita hadapi.


Karena kita sudah naik tingkat, maka akan ada ujian ketiga. Di kasus yang menimpa kali ini, ilmu, pengalaman dan harta kita tidak akan banyak membantu. Semuanya terlihat rumit, serumit kalau kita sedang terjebak kemacetan lalu lintas. Kondisi jiwa terasa berat, seperti puisi Ibnu Hazm :


Ketika nestapa melanda jiwa
Api membakar hati, air mata meleleh di pipi
Kala lara menderita hati, menyiksa jiwa
Perasaan mungkin bisa sembunyi
Tapi air mata kan mengalir lama
Derasnya aliran air matamu adalah tanda
Kesedihan yang kau rasakan betapa beratnya


Di sini, kita diuji apakah kita tetap menempuh jalan yang baik atau tidak. Karena usaha keras kita, mungkin ada teman lama, sahabat, saudara, kerabat jauh, relasi, konsultan atau jaringan kita yang lain yang membantu menyelesaikannya. Dan, selesailah ujian tahap ketiga ini.


Kita sudah naik kelas. Di tahap ini, kita akan menerima persoalan yang jauh di atas sebelumnya. Ilmu, pengalaman, harta, teman, sahabat, saudara, relasi, konsultan dan semuanya tak banyak artinya. Kita seolah menemui jalan yang benar-benar buntu, tak terlihat oleh kita sedikit pun celah untuk dapat melaluinya. Semua usaha sepertinya sudah kita lakukan, semua doa rasanya sudah kita panjatkan. Namun hasilnya, tak seperti yang kita harapkan. Pada kondisi inilah kita sungguh diuji, apakah kita hamba Allah atau bukan.



Kalau kita memang hamba Allah, kita akan bersimpuh di hadapan-Nya, mengakui kehambaan kita. Kita nyatakan pada-Nya bahwa kita adalah milik-Nya. Tak satu pun ilmu, harta atau keluarga adalah milik kita. Bahkan nyawa kita pun milik-Nya. Semua milik-Nya semata. Tiada daya dan upaya selain dari Allah Yang Maha Agung (Al-‘Azhîm).



Kita adalah orang fakir di hadapan-Nya, tak memiliki apa-apa selain pemberian-Nya. Kita akan ridha dan bahagia terhadap apa pun yang diberikan-Nya pada kita. Tak ada lagi yang membuat hati kita sedih, karena hati kita sudah terisi akan cinta kepada-Nya. Cinta yang agung, tulus, dan indah. Apa pun yang ditakdirkan untuk kita, itu adalah hadiah dari Dzat yang kita cintai sepenuh hati. Tak akan ada lagi penderitaan yang bisa membuat kita galau dan resah.


Syaikh Ibnu Athaillah memberi nasihat kepada kita, “Nyatakan dengan sungguh-sungguh sifat-sifat kekuranganmu, pasti Allah akan memberimu pertolongan dengan kemuliaan sifat-sifat-Nya. Akuilah kehinaanmu di hadapan Allah, pasti Allah akan menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Akuilah semua kelemahanmu di hadapan Allah, pasti Allah akan menolongmu dengan keagungan, kemampuan dan kekuatan-Nya.”


Melanjutkan nasihatnya, Ibnu Athaillah berkata, “Tidak ada yang dapat menyegerakan suatu permohonan kecuali keadaan yang amat sulit. Tiada satu pun yang dapat mempercepat datangnya karunia dari Allah kecuali dalam keadaan merendahkan diri dan dalam keadaan fakir.”


وَإِلىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ



dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS al-Insyirâh [94] :


Harapan-harapan besar tiada dimiliki kecuali oleh Allah semata. Di tangan-Nyalah terletak kunci segala persoalan. Beliau-lah yang berhak untuk dipinta, diharap dan dituju. Hanya kepada-Nya kita persembahkan asa, harapan dan rasa takut. Hanya kepada-Nya kita mengangkat kedua tangan, berdoa dengan sepenuh hati, penuh iba dan tetesan air mata.


Kalau itu yang kita lakukan—kita tetap pada kehambaan kita—maka akan ada jalan keluar bagi tiap kesulitan. Bukankah sudah ada dua kali jaminan, bahwa setelah kesulitan ada kemudahan? Itu berarti, satu kesulitan akan diapit oleh dua kemudahan, dan itu juga berarti bahwa bersama satu kesulitan terdapat dua jalan kemudahan yang berbeda.


Ketika malam sudah semakin kelam
Itu pertanda sang fajar akan merekah
Tatkala tali-temali yang mengikat tubuh kita semakin meregang kencang
Itu artinya tali-tali itu akan segera putus
Saat awan sudah semakin gelap
Itu tandanya hujan akan turun dan pelangi akan menghiasi angkasa
(karya ‘Aidh al-Qarni)


Abu Ali ibn Asy-Syibl berpesan, “Dengan menjaga nafsu, akan ada di dalamnya seperti bara api yang tetap dinyalakan di dalam mangkuk. Maka jangan kau padamkan dia dengan putus asa, dan jangan pula kau ulur dengan angan yang memanjang. Berjanjilah kepadanya bahwa dalam kesulitan itu ada kemudahan, dan ingatkan pula bahwa kesulitan itu berada dalam kemudahan. Dihitung kebaikannya ini dan itu, dan dengan menggabungkan semuanya akan berguna sebagai obat mujarab.”


Ketika Nabi Musa as. beserta kaumnya sudah tak tahu lagi apa yang harus dilakukan; di depan terhampar lautan luas membentang siap menenggelamkan, di belakang ada tentara Fir‘aun mengejar menghunus senjata siap membunuh—tatkala jalan sudah buntu—turunlah pertolongan Allah, “Musa, pukullah lautan itu!” Laut pun terbelah, tersibak bak sebuah buku raksasa yang sedang terbuka. Nabi Musa dan pengikutnya pun selamat atas pertolongan Allah.


Maka Fir‘aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di waktu matahari terbit.


Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Sesungguhnya kita telah benar-benar akan tersusul.”


Musa menjawab, “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”


Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.


Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.


Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.


Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.


Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat), tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.


Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.
(QS asy-Syu‘arâ’ [26] : 60-68)



Mengakui dengan tulus kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya kepada para hamba-Nya, Ibnu Hazm al-Andalusi mengungkapkan :


Duhai, semua itu kembali kepada-Nya
Semua adalah milik-Nya dan tunduk kepada-Nya
Dia tunjukkan bukti-bukti kekuasaan-Nya
Lewat para nabi dan rasul utusan-Nya
Lihatlah kekuasaan-kekuasaan-Nya

Di tangan Nabi Shaleh yang mulia
Dari batu muncul seekor unta betina
Mereka lihat wujudnya dan dengar suaranya
Di tangan Nabi Musa yang mulia
Laut terbelah dengan sangat mudahnya
Menjadi jalan keselamatan menuju seberang sana

Ibrahim kekasih-Nya selamat dari api yang membara
Api yang merah panas menyala, dirasanya dingin saja
Nabi Nuh dan seluruh pengikut setianya
Selamat dari amukan bandang dan topan luar biasa
Kepada Sulaiman, Dia tundukkan jin dan manusia
Semua orang dan binatang tunduk dalam kerajaannya
Semua bahasa ia bisa, bahasa burung pun dikuasainya


Pada saat orang-orang yang beriman dan rasul-Nya sudah tidak mengerti apa yang harus diperbuat; harta, saudara, ilmu dan pengalaman mereka sudah tidak bisa diandalkan; mereka merintih, meratap, menangis dan berdoa, “matâ nashrullâh (Bilakah datangnya pertolongan Allah)?” Saat itulah jawaban disampaikan, alâ inna nashrallâhi qarîb (Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat).”


Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS al-Baqarah [2] : 214)



Bagi orang-orang yang benar-benar mengakui kehambaannya di sisi Allah, tidak akan ada ketakukan dan kesedihan, walaupun maut di depan mata. Malaikat akan menghibur mereka, surga pun sudah disiapkan, para bidadari sedang berbaris bersiap menyambut kedatangan hamba Allah dengan senyum indahnya, senyuman yang menyejukkan hati, teduh memandikan jiwa yang sepi.


Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
(QS Fushshilat [41] : 30)


Mungkin kita akan bertanya, “Logikanya bagaimana? Kok bisa orang yang mengakui kehambaannya kepada Allah tidak akan merasakan kesedihan walaupun penderitaan sedang dialaminya? Ah, itu semua kan dogma dan sepertinya tidak masuk akal!”


Baiklah, mari kita bicara logika, karena akal memang diciptakan untuk menguatkan iman agar tertanam kuat di dalam hati kita—seperti pondasi rumah yang sangat kokoh.

Jika seseorang sudah mengakui bahwa dia adalah hamba dan Allah adalah Tuhannya, maka dia akan sadar bahwa dirinya fakir (gelandangan), tidak punya apa-apa, sebagaimana keadaannya waktu bayi.

Bagi seorang gelandangan, tidak ada yang disebut kehilangan, karena memang dia tidak memiliki apa pun.

Bagi seorang gelandangan, tidaklah merisaukan hati dan membebani pikiran, meskipun harus melewati panasnya jalan, gunungan sampah dan lautan lumpur.

Bagi seorang gelandangan, kemiskinan adalah baju kehidupan, sedangkan kekurangan adalah selimut dunia.

Bagi seorang gelandangan, tidak disebut penderitaan walaupun harus memungut sisa makanan yang dibuang di pinggir jalan.

Bagi seorang gelandangan, kelaparan adalah pembersihan tubuh dari sumber penyakit, dan kehausan adalah rasa yang disyaratkan untuk menikmati segarnya setetes embun dan seteguk air.

Bagi seorang gelandangan, itu semua sudah seperti udara yang dia hirup, sudah kebiasaan sehari-hari.

Istilah ilmiah sekarang, EQ (Emotional Quotient) atau disebut juga EI (Emotional Intelligence) dan SQ (Spiritual Quotient) seorang hamba Allah sudah mencapai tingkat tertinggi (mumpuni).


Kebanggan menjadi hamba Allah diungkapkan oleh seorang penyair dalam bait syairnya :



Yang menjadi kemuliaan dan kebanggaanku
Dan yang membuat kakiku menginjak bintang kejora
Adalah sebab aku termasuk dalam panggilan-Mu, “Wahai Hamba-Ku”
Dan Engkau menjadikan Muhammad sebagai Nabiku



Daftar Pustaka :
Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi an-Naisaburi, asy-Syaikh, “Risalah Qusyairiyah Sumber Kajian Ilmu Tasawuf (Ar-Risâlah al-Qusyairiyyah fî ‘Ilmi at-Tashawwuf)”, Pustaka Amani, Cetakan I : September 1998/Jumadil Ula 1419
‘Aidh al-Qarni, Dr, “Lâ Tahzan – Jangan Bersedih”, Qisthi Press, Cetakan Ketiga puluh enam : Januari 2007
Sa‘id Hawwa, asy-Syaikh, “Kajian Lengkap Penyucian Jiwa “Tazkiyatun Nafs” (Al-Mustakhlash fi Tazkiyatil Anfus) – Intisari Ihya ‘Ulumuddin”, Pena Pundi Aksara, Cetakan IV : November 2006
Djamal’uddin Ahmad Al Buny, “Mutu Manikam dari Kitab Al-Hikam (karya Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah)”, Mutiara Ilmu Surabaya, Cetakan ketiga : 2000
Muhammad bin Ibrahim Ibnu ‘Ibad, asy-Syaikh, “Syarah al-Hikam”
Muhammad Basori Alwi Murtadho, Kyai, “Pokok-Pokok Ilmu Tajwid”, Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Malang, Cetakan XVII : September 1993

Bookmark and Share

Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Citroen Cars